anwarsigit.com – Terlampir membaca tujuan puasa sehari-hari dan tujuan puasa selama sebulan penuh selama periode Ramadhan.
Sebelum melakukan puasa Ramadhan, ada baiknya untuk membaca dengan teliti tujuan puasa terlebih dahulu.
Diketahui, membaca harapan puasa harus diucapkan meski dalam hati, yang terpenting bacaan tujuan puasa dianjurkan dengan penuh semangat.
Simak bacaan niat puasa sehari-hari dan niat puasa selama sebulan penuh:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin an adai fardhi syahri ramadhana haadzhihis sanati lillahi taala.
Artinya, Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala.
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هٰذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma jamî’i syahri ramadlâni hadzihissanati taqlîdan lil imâm mâlikin fardlan lillâhi ta’âlâ.
“Saya niat berpuasa satu bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Allah ta’âlâ.” (KH An Idris Marzuki, Sabîl al-Hudâ, hlm. 51).
Timbul pertanyaan, apakah harapan puasa dibaca secara konsisten atau cukup sekali?
Mengenai tujuan puasa Ramadhan harus diulang secara konsisten atau cukup menjelang awal para ulama berbeda.
Menurut mazhab Maliki, cukup dengan niat hanya satu waktu untuk puasa terus menerus, seperti puasa di bulan Ramadhan.
Padahal, Syaikh Ali Jum’ah mengatakan bahwa para ulama Hanafi seperti Zufar dan Atha’ tidak perlu mengharapkan puasa Ramadhan karena puasa itu fardhu.
Selama seseorang berpuasa dengan meninggalkan makan dan minum serta hal-hal yang meniadakannya, maka puasanya adalah besar.
Ulama dari mazhab lain seperti Syafi’i berpendapat bahwa tujuan puasa harus dilakukan secara konsisten. Harapannya adalah untuk melakukannya sekitar waktu malam sebelum cahaya pertama.
Orang-orang yang berpuasa, sebagaimana ditunjukkan oleh Syafi’i, juga wajib memutuskan jenis puasa yang ingin dia lakukan jika puasa diperlukan.