anwarsigit.com – Sejauh ini, pemikiran plot sering disalahpahami sebagai plot atau alur cerita. Mungkin karena keduanya digarap oleh komponen ‘event’. Penyederhanaan antara plot tanpa akhir, apalagi mencirikan plot sebagai plot, sepertinya tidak ok. Dalam sebuah plot belum tentu ada plot, berjalan melawan norma plot pasti akan membentuk plot.
Pengertian Alur (Plot)
Alur adalah struktur rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita yang disusun secara berurutan. Atau di sisi lain pengertian alur, yaitu rangkaian cerita dari awal sampai akhir. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan yang terdapat dalam cerita harus saling berhubungan, misalnya bagaimana suatu peristiwa dihubungkan dengan peristiwa lain, kemudian bagaimana tokoh-tokoh yang digambarkan dan berperan dalam cerita itu secara keseluruhan berhubungan dengan suatu kesatuan waktu.
Pengertian Alur (Plot) Menurut Para Ahli
Berikut Ini Merupakan Pengertian Alur (Plot) Menurut Para Ahli.
-
Virgil Scoh (1966)
mendefinisikan bahwa plot adalah prinsip yang isensial dalam cerita.
-
Morjorie Boulton (1975)
mendefinisikan plot sebagai pengorganisasian dalam novel atau penentu struktur novel
-
Dick Hartoko, (1948)
menyatakan bahwa plot sebagai alur cerita yang dibuat oleh pembaca yang berupa deretan peristiwa secara kronologis, saling berkaitan dan bersifat kausalitas sesuai dengan apa yang dialami pelaku cerita.
Unsur-Unsur Alur (Plot)
Secara umum unsur-unsur alur bisa dijelaskan yang ada dibawah berikut ini:
- Pengenalan cerita, Pada bagian ini, pengarang akan memperkenalkan tokoh utama, penataan adegan cerita dan hubungan antar tokoh yang terdapat didalam sebuah cerita.
- Awal konflik, Pada bagian ini sih pengarang atau pembuat cerita akan memunculkan bagian-bagian dalam sebuah cerita yang bisa menimbulkan suatu permasalahan.
- Menuju konflik. Sih Pengarang cerita akan meningkatkan suatu permasalahan yang dialami olah tokoh.
- Konflik memuncak atau klimaks. Pada bagian yang satu ini merupakan puncak dari permasalahan yang dihadapi oleh sih tokoh, pada bagian ini juga tokoh di dalam cerita akan dihadapkan dalam sebuah penentuan akhir yang akan dialaminya, keberhasilan atau kegagalan biasanya menjadi suatu penentuan nasib tokoh didalam cerita.
- Penyelesaian atau ending. Akhir dari cerita, pada bagian ini akan menjelaskan bagaimana nasib sih tokoh dalam cerita tersebut apakah endingnya bahagia, buruk, ataupun menggantung.
Jenis-Jenis Alur (Plot)
Berikut Ini Merupakan Jenis-Jenis Alur (Plot).
-
1. Alur Maju
Alur maju, yaitu alur dimana peristiwa ditampilkan secara berurutan, maju, berurutan dari tahap awal, tahap tengah, hingga tahap akhir cerita. Biasanya plot ini sering digunakan oleh penulis pemula, dengan membuat cerita menggunakan plot ini mereka bisa membangun kebiasaan menulis bagi mereka karena jika menggunakan plot ini tidak terlalu sulit untuk berpikir mengarang atau membuat sebuah cerita.
Alur ini pada umumnya digunakan dalam cerita yang mudah dipahami atau dicerna, seperti cerita untuk anak-anak. Namun bukan berarti plot ini tidak bisa digunakan dalam cerita yang serius, seperti drama, dll.
Contohnya :
Misalnya cerpen itu awalnya menceritakan tentang seorang anak kecil dan berkembang / berakhir saat dia sudah remaja.
-
2. Alur Mundur
Plot terbalik, adalah plot yang ceritanya dimulai dengan kulminasi. Alur ini dalam banyak kasus ditemukan dalam cerita yang menggunakan latar periode di masa lalu. Penulis yang menggunakan plot ini harus pandai mengarang cerita agar tidak membingungkan pembacanya.
Contohnya :
cerita tentang seorang mantan veteran yang membayangkan kisah hidupnya di masa muda.
-
3. Alur Campuran
Alur campuran adalah alur yang dimulai dengan puncak cerita, yang kemudian melihat kembali ke masa lalu atau masa lalu dan diakhiri dengan pemenuhan cerita. Alur ini akan mudah digunakan dalam pembuatan cerita, jika pembuat cerita mengerti cara mengatur alur cerita.
Contohnya :
bisa di ambil dari cerita The Bourne Identity, di mana cerita diawali di tengah-tengah, saat Jason Bourne tidak ingat siapa dirinya.
Penahapan Plot Menurut Pandangan Klasik
Aristoteles berpendapat bahwa tahapan plot harus terdiri dari tahap awal, tahap tengah, dan tahap terakhir. Peristiwa-peristiwa awal yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi mungkin secara lugas berupa adegan-adegan yang memiliki tingkat pertentangan dan dramatisasi yang tinggi, bahkan konflik yang menentukan plot dari karya yang bersangkutan.
Faktanya, pembaca belum dibawa ke suasana cerita, tidak memiliki petunjuk tentang awal dan penyebab pertengkaran. Hal ini dapat terjadi karena urutan waktu cerita sengaja dikendalikan dengan urutan peristiwa untuk mendapatkan dampak artistik tertentu, yang mengejutkan dan membangkitkan rasa ingin tahu pembacanya. Hubungan antara peristiwa harus jelas, masuk akal, dan tidak salah dalam permintaan berurutan terlepas dari kemungkinan posisinya menuju awal, tengah, atau akhir.
-
Tahap Awal
Tahap pertama dari sebuah cerita adalah tahap presentasi. Pada umumnya berisi data-data yang berhubungan dengan berbagai hal yang akan diceritakan pada tahapan-tahapan yang menyertainya.
Kapasitas mendasar dari tahap awal adalah memberikan data dan penjelasan yang diperlukan yang berhubungan dengan latar dan penokohan. Pada tahap ini, sedikit demi sedikit masalah yang dilihat oleh para tokoh telah diangkat yang memicu konflik, kontradiksi dan lain-lain yang akan selesai di tengah.
-
Tahap Tengah
Panggung tengah sebuah cerita sering disinggung sebagai panggung pertempuran. Pada tahap ini pertentangan yang mulai muncul pada tahap awal meningkat, ternyata lebih tegang, hingga mencapai tempat dengan intensitas atau puncak tertinggi.
Dalam hal ini, pertikaian memiliki makna pertarungan atau perebutan antara dua hal yang menimbulkan respon aktivitas. Pertikaian itu bisa berupa perjuangan fisik, atau pertentangan yang terjadi dalam jiwa manusia.
Perjuangan adalah komponen terpenting dari kemajuan plot. Dapat dikatakan sebagai komponen utama dari sebuah karya fiksi. Stanton dalam An Introduction to Fiction membedakan perjuangan menjadi dua, yaitu bentrokan lahiriah dan gejolak batin.
a. Konflik eksternal
Konflik eksternal adalah pertentangan yang terjadi antara manusia dengan sesuatu yang berada di luar dirinya. Konflik ini dibagi lagi menjadi dua macam. Konflik elemental, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara manusia dengan alam; manusia lawan alam.
Misalnya saja konflik yang timbul akibat adanya banjir besar, gempa bumi, gunung meletus, dsb. Sedangkan konflik sosial terjadi disebabkan adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah yang muncul akibat adanya hubungan sosial antarmanusia.
konflik sosial bisa terjadi antara manusia lawan manusia atau manusia lawan masyarakat. Misalnya saja berupa masalah penindasan, peperangan, penghianatan, pemberontakan terhadap terhadap adat lama, dsb.
b. Konflik Internal
Konflik Internal adalah konflik yang terjadi di dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita. Pertentangan yang terjadi di dalam diri manusia. Manusia lawan dirinya sendiri. Misalnya saja konflik yang terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan dan masalah-masalah lainnya.
-
Tahap Akhir
Tahap akhir sebuah cerita biasa juga disebut sebagai tahapan peleraian yang menampilkan adegan tertentu sebagai akibat dari klimaks. Tahapan ini merupakan tahapan penyelesaian masalah atau bisa juga disebut sebagai tahapan anti klimaks. Penyelesaian sebuah cerita dapat dikatagorikan menjadi dua: penyelesaian tertutup dan penyelesaian terbuka.
Penyelesaian tertutup menunjuk pada keadaan akhir sebuah karya fiksi yang memang sudah selesai. Sedangkan penyelesaian terbuka lebih membuka peluang bagi kelanjutan cerita sebab konflik belum sepenuhnya selesai dan membuka peluang untuk berbagai penafsiran dari pembacanya.
Seperti yang ditunjukkan oleh Stanton dalam An Introduction to Fiction, puncaknya adalah ketika pertengkaran telah mencapai tanda intensitas tertinggi, dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Artinya, berdasarkan tuntutan dan dasar pemikiran cerita, peristiwa itu harus terjadi, tidak boleh. Puncak adalah pertemuan antara dua hal yang bertentangan dan menentukan bagaimana perselisihan akan diselesaikan.
Penahapan Plot Menurut Pandangan Modern
Freytag membagi plot sebuah cerita fiksi menjadi lima bagian; Exposistion, Rising Action, Climax, Falling Action, dan Denouement. Kelim bagian tersebut digambarkan seperti gambar dibawah ini.
- Expositionadalah tahapan pengenalan karakter tokoh dan setting sebuah cerita. Dalam tahapan ini, karakter bisa diperkenalkan lewat dialog atau ungkapan pikiran.
- Rising Actionmerupakan bagian terpenting dari sebuah cerita fiksi. Pada tahapan ini akan muncul berbagai konflik sampai mencapai klimak tertentu. Dalam tahapan ini ada lima jenis konflik yang mungkin terjadi 1) konflik antara tokoh dengan tokoh lain, 2) tokoh dengan masyarakat, 3) tokoh dengan dirinya, 4) tokoh dengan alam sekitarnya, dan 5) tokoh dengan ketentuan sang pencipta (takdir).
- Climaxmerupakan poin tertinggi dalam sebuah cerita, dimana tokoh yang terlibat sampai pada puncak konflik permasalahannya.
- Falling Actionmerupakan bagian cerita yang mengikuti climax. Bagian ini merupakan titik balik terhadap penyelesaian konflik yang dialami tokoh. Oleh sebagian ahli bagian ini sering juga disebut anti-klimaks.
- Denouement atau resolusimerupakan bagian dari cerita yang terdiri atas rentetan kejadian yang mengiringi anti-klimaks dan merupakan kesimpulan cerita. Pada bagian ini semua konflik diselesaikan sehingga mengurangi ketegangan dan kekhawatiran pembaca terhadap masalah yang dihadapi oleh tokoh dalam cerita tersebut. Namun perlu diingat bahwa tidak semua cerita memiliki bagian ini.
Kaidah Pengembangan Plot
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar plot yang kita buat menarik, tetapi juga sesuai dengan dasar pemikiran cerita, dan tidak menyebar kemana-mana sehingga kehilangan fokus cerita.
Dalam buku How to Analyze Fiction, Kenny mengemukakan kaidah-kaidah ploting yang meliputi masalah plausibility, adanya unsur keingintahuan (suspense), kejutan (surprise), dan unity (kesatuan).
-
Plausibilitas (Keterpercayaan)
Plausibilitas memiliki pengertian suatu hal yang dapat dipercaya sesuai dengan logika cerita. Plot sebuah cerita harus memiliki sifat plausibel atau dapat dipercaya oleh pembaca. Pengembangan cerita yang tak plausibel dapat membingungkan dan meragukan pembaca.
Sebuah cerita dikatakan memiliki sifat plausibel jika tokoh-tokoh cerita dan dunianya dapat diimajinasikan dan jika para tokoh dan dunianya tersebut serta peristiwa-peristiwa yang dikemukakan mungkin saja dapat terjadi. Plausibilitas cerita tidak berarti peniruan realitas belaka, tetapi lebih disebabkan ia memiliki keberkaitan dengan pengalaman kehidupan.
Apakah jika seseorang berada dalam persoalan dan situasi seperti yang dialami tokoh cerita akan bertindak seperti yang dilakukan tokoh itu? Misalnya saja, mungkinkah seorang tokoh cerita yang mengalami keterbelakangan mental mampu menjawab soal-soal pertanyaan dalam olimpiade matematika? Dalam sebuah cerita fiksi itu mungkin saja, namun tentunya hal ini sangat tidak bisa dipercaya, oleh sebab itu ia tak memiliki sifat plausibel.
-
Suspense (Kekurangpastian)
Suspense memiliki pengertian pada adanya perasaan semacam kurang pasti terhadap peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, khususnya yang menimpa tokoh protagonis atau yang diberi simpati oleh pembaca. Sebuah cerita yang baik tentunya harus mampu membangkitkan rasa ingin tahu pembaca.
Suspense tidak semata-mata hanya berurusan dengan ketidaktahuan pembaca, tetapi lebih dari itu, mampu mengikat pembaca seolah-oleh terlibat dalam kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan dialami oleh tokoh cerita. Suspense akan mendorong, menggelitik dan memotivasi pembaca untuk setia mengikuti cerita, mencari jawaban dari rasa ingin tahu terhadap kelanjutan dan akhir cerita.
-
Suprise (Keterkejutan)
Plot sebuah cerita yang menarik tidak saja harus mampu membangkitkan rasa ingin tahu pembaca, tetapi juga mampu memberika kejutan atau ketakterdugaan.
Plot sebuah karya fiksi dikatakan memiliki sebuah kejutan apabila sesuatu yang dikisahkan atau kejadian-kejadian yang ditampilkan menyimpang atau bahkan bertentangan dengan harapan pembaca. Jadi, dalam karya itu terdapat suatu penyimpangan, pelanggaran atau pertentangan apa yang ditampilkan dalam cerita dengan apa yang telah menjadi kebiasaan, atau mentradisi.
-
Kesatupaduan
Kesatupaduan memiliki pengertian keberkaitan unsur-unsur yang ditampilkan, khususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan, dan acuan, yang mengandung konflik atau pengalaman kehidupan yang hendak disampaikan. Ada benang merah yang menghubungkan berbagai aspek cerita sehingga seluruhnya dapat terasa sebagai satu kesatuan yang utuh dan padu.